Perseteruan KPK versus Polri yang berakhir dengan 'kemenangan' KPK sering dianalogikan dengan Cicak VS Buaya. Mungkin karena sama-sama lembaga penegak hukum, sehingga sama-sama digambarkan sebagai reptil. Tapi karena ukurannya jauh lebih besar Polri, maka pengayom masyarakat pimpinan Timur Pradopo ini seolah-olah seperti buaya ketika berhadapan dengan KPK dibawah Abraham Samad yang tampak seperti cicak. Sebenarnya di alam nyata hampir tidak pernah terjadi pertarungan antara cicak melawan buaya. Hanya pidato Presiden SBY saja yang berhasil memenangkan sang 'cicak' ketika berhadapan dengan si 'buaya'.
Cicak atau cecak secara ilmiah termasuk dalam infraorder: Gekkota >> suborder: Scleroglossa >> Order: Squamata >> kelas: Reptilia >> filum: Chordata. Masih berkerabat dengan buaya yang sama-sama memiliki kelas Reptilia walaupun di tingkatan order termasuk Crocodylia.
Hal yang menarik tentang cicak adalah
kemampuan cicak untuk tidak jatuh ketika merayap di dinding. Apakah cicak memiliki daya anti-gravitasi? Ternyata tidak. Kemampuannya merayap berasal dari rambut-rambut kecil yang berjumlah milyaran di kakinya yang disebut
spatula. (Mungkin gambarannya seperti duri halus milik Spiderman di film pertama yang dibintangi Tobey Maguire.) Kumpulan dari setiap 1000 spatula ini disebut
setae. Rambut-rambut yang sangat kecil ini memungkinkan untuk menyelinap diantara pori-pori dinding (bahkan kaca) dan membuat ikatan yang kuat sehingga bisa seolah-olah menempel.